Struktur Holakrasi Diperlukan di Indonesia?

Dalam Perpusteknik, struktur holakrasi merupakan tata kelola organisasi dimana wewenang, kewajiban, dan pengambilan kebijakan diberikan secara merata kepada seluruh anggota organisasi. Sistem tersebut memungkinkan pemerataan dalam pembagian tugas serta penyampaian informasi yang lebih cepat, berbanding terbalik dengan sistem hierarki.

Sayangnya di Indonesia, hampir seluruh organisasi yang ada masih menganut sistem hierarki pada struktur kepemimpinannya. Metode hierarki sudah menjadi sistem turun-temurun yang dibiasakan dan menjadi tradisi di Indonesia. Namun, perlukah sistem structural organisasi di Indonesia diubah menjadi sistem holakrasi?

Sistem Hierarki di Indonesia memiliki banyak kekurangan. Kekurangan sistem hierarki adalah biasanya pendapat pegawai mungkin lebih sulit didengar karena jabatan yang dimiliki berada cukup jauh dari pengambil keputusan dan kompetisi serta politik organisasi yang sangat kuat. Semakin tinggi jabatan maka akan semakin terasa ketat persaingannya. Struktur hierarki juga memiliki budaya yang cenderung kaku. Jadi, ketika pemangku jabatan organisasi akan terlihat tidak menunjukkan perhatian lebih pada bawahannya dan memungkinkan mereka merasa tidak dihargai dan demotivasi.

Selain itu, sistem hierarki memiliki budaya yang cenderung membuat anggota tim “menurut”. Hal tersebut bisa membuat organisasi kesulitan melihat peluang untuk berkembang karena anggota pada jabatan bawah tugasnya hanya menurut tanpa bisa mengeluarkan pendapat. Organisasi juga akan mengeluarkan biaya yang lebih besar karena terdapat lapisan jabatan yang sangat banyak. Hal tersebut akan memberikan dampak besar terhadap anggota organisasi di lapisan bawah.

Meskipun sistem hierarki memiliki struktur dan pembagian kewenangan yang jelas serta teratur dan anggota organisasi mampu menjadi ahli dalam bidangnya, namun budaya hierarki yang tradisional dan terkesan menolak perubahan membuat organisasi yang menganut sistem hierarki dapat mundur seiring perkembangan jaman yang begitu pesat.

Poin-poin yang sudah disebutkan berdasar pada Perpusteknik tersebut yang membuat sistem holakrasi rasanya lebih relevan di tengah perkembangan jaman ini. Sistem holakrasi yang sedang berkembang ini dapat dinilai lebih menguntungkan daripada sistem hierarki yang biasanya diterapkan pada organisasi di Indonesia. Sistem ini memungkinkan pekerjaan diselesaikan oleh siapa saja yang berada dalam tim dan informasi dapat diakses oleh seluruh anggota karena budaya yang lebih fleksibel. Sistem holakrasi membuka kemungkinan ide-ide untuk berkembang dan mengikuti perkembangan jaman tanpa melihat jabatan seseorang

Namun, di tengah budaya Indonesia yang tradisional sepertinya sistem holakrasi masih sulit untuk diterapkan. Hal tersebut karena tradisi di Indonesia yang masih serba senioritas membuat sistem holakrasi yang menanamkan segala hal dijadikan sejajar mustahil dilakukan.

Dalam menerapkan ilmu Perpusteknik, perlu adanya pemikiran yang lebih terbuka dengan jaman yang terus berkembangdan bukan hanya sekedar tingkatan jabatan namun bagaimana setiap anggota tim, mulai dari yang termuda sampai tertua, maupun yang paling berpengalaman sampai yang paling tidak, mampu secara keseluruhan mengerjakan tugas tanpa perlu menunggu siapa yang harus mengerjakan sesuai pembagian tugasnya.